Latar Belakang
Padi adalah bahan baku beras, dimana beras adalah kebutuhan
primer yang tidak pernah bisa lepas dari kehidupan kita. Sebagai media
penunjang kehidupan, maka eksistensinya akan selalu diupayakan selalu ada. Indonesia
yang hampir sebagian besar wilayahnya adalah kawasan pertanian merupakan
wilayah yang kondusif dikembangkannya perusahaan penggilingan padi, karena
didukung bahan baku yang melimpah. Bina Karya’03 misalnya, yang mampu melihat
kondisi ini merupakan sebuah peluang. Akan tetapi hanya sebagian kecil dari
kita yang mau terjun dalam bisnis ini.
Ada beberapa faktor penyebab kecilnya minat masyarakat yang
terjun dalam bisnis penggilingan padi, salah satu diantaranya adalah miskinnya
sumber informasi baik secara teknis maupun non teknis terkait bisnis ini.
Maka dari itu dengan berbekal hasil observasi dan pengalaman
empiris, melalui blog ini saya ingin berbagi sedikit informasi terkait Aktivitas
Bisnis Perusahaan Penggilingan Padi Bina Karya’03. Dengan harapan semoga ini
menjadi salah satu wacana praktis yang menginspirasi.
Nama dan Bentuk Perusahaan.
Nama perusahaan ini adalah Bina Karya’03. perusahaan
tersebut merupakan perusahaan perorangan yang bergerak dibidang jasa dan
produksi penggilingan padi serta pengolahan hasil sampingnya. Adapun nama Bina
Karya’03 dibentuk dari 2 kata yaitu “Bina” yang memiliki arti menghimpun,
mengelola, membentuk dan “ Karya” berarti hasil dari sebuah pekerjaan yang
memiliki nilai, sedangkan 03 merupakan symbol dari tiga fase penting dalam
aktivitas bisnis Bina Karya’03, yaitu : pembelian, pengolahan, penjualan. Dan
apabila digabungkan Bina Karya ’03 memeiliki makna sebuah badan usaha dalam
bentuk Perusahaan Perorangan yang menghimpun dan mengelola serta mengolah hasil
pertanian menjadi sesuatu yang lebih bernilai dengan melalui 3 fase dimana
setiap fase satu sama lain saling terintegrasi dan harus dikerjakan secara
cermat.
Letak Perusahaan.
Perusahaan Bina Karya ‘03 ini terletak di Dusun Pangadangan
RT.18/05, Desa Rancasari, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang 41254, JAWA
BARAT.
Latar Belakang Pendirian Perusahaan.
Perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 didirikan oleh
Bapak H. Raswin pada tahun 2001 di dusun Pangadangan desa Rancasari. Beliau seorang
petani yang memiliki jiwa wiraswasta merasa terdorong mendirikan perusahaan ini
karena ia melihat di wilayah desa Rancasari belum banyak perusahaan yang
bergerak di bidang penggilingan padi, padahal sumber penghasilan utama dari
sebagian besar penduduk desa setempat adalah petani, walaupun ada akan tetapi kapasitas
produksinya tidak terlalu besar sehingga tidak memberikan dampak signifikan
terhadap derajat tarap hidup petani di desa bersangkutan. Dari latar belakang
tersebut, maka Bapak H. Raswin mendirikan Perusahaan Penggilingan Padi Bina
Karya ‘03. Tujuan awal dari pendirian perusahaan ini hanyalah berfungsi untuk
penggilingan padi saja, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pada akhirnya
perusahaan ini berkembang menjadi tempat jual beli beras dan juga hasil samping
penggilingan.
Visi dan Misi
Seperti layaknya perusahaan-perusahaan lain, tentunya
perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 juga memiliki sebuah Visi dan Misi yaitu:
Visi:
·
Ikut
menjaga stabilitas pangan lokal dan nasional.
Misi:
· Menyediakan dan melakukan penjualan
beras untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.
·
Menciptakan
lapangan kerja guna turut andil dalam upaya menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat sekitar.
Logo Perusahaan
Gb.1 ( Logo Perusahaan Penggilingan
Padi Bina Karya ’03 )
Aspek legalitas perusahaan
Setiap perusahaan yang didirikan, wajib memiliki bermacam
ijin usaha yang telah ditetapkan oleh pemerintah guna melegalisisi perusahaan
tersebut. Untuk itu perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 juga memiliki
berbagai syarat-syarat legalitas sebuah perusahaan, antara lain:
·
Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan
Perijinan ( BPMP ) Kabupaten Subang, No : 503 / 0874 / BPMP / PK / BJ / VI /
2010
·
Tanda
Daftar Perusahaan Perorangan yang dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan
Perijinan ( BPMP ) Kabupaten Subang, dengan Nomor : 10,10,000.612
·
Tanda
Daftar Gudang (TDG) yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Pengelolaan Pasar Kabupaten Subang, dengan Nomor: 503 / 045 / TDG-INDAGSAR /
VII / 2012
·
Ijin
Gangguan sekala kecil, sedang, dan besar yang dikeloarkan oleh Badan Penanaman
Modal dan Perijinan ( BPMP ) Kabupaten Subang, dengan Nomor : 503 / 448 / BPMP
/ B / PK / VI / 2010
Struktur Kepegawaian
Gb.2 ( Struktur Kepegawaian
Perusahaan Penggilingan Padi Bina Karya ’03 )
Aspek Teknis dan Produksi
Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan guna menjalankan proses
produksi, perusahaan penggilingan padi Bina Karya ‘03 menggunakan beberapa
teknologi dibidang penggilingan padi antara lain:
·
Mesin
pemecah kulit yang mampu berproduksi hingga mencapai 12 ton perhari.
·
Mesin
poles atau alat penyosoh tipe friksi yang berkemampuan produksi 1,2ton/jam.
Digunakan unttuk menyempurnakan hasil pemecahan
kulit gabah.
·
Mesin
diesel Mitsubishi 4 Selinder jenis Ps120 sebagai energy penggerak mesin pemecah
kulit dan Mesin diesel Mitsubishi 6 selinder jenis Fuso untuk penggerak mesin
penyosoh friksi.
·
Mesin
jahit elektrik “NewLong”
·
Mesin
pompa air Honda untuk mensuplai kebutuhan air sebagai pendingin mesin
·
GenSet
dengan daya 3000 W, sebagai energy listrik cadangan
Proses Produksi
Dalam proses produksi yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
Dalam proses produksi yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
Persiapan
bahan baku
Untuk menghasilkan beras yang berkualitas
perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 menggunakan bahan baku gabah yang
berkualitas pula. Dalam penentuan kualitas perusahaan ini juga menetapkan
standar tersendiri, yaitu gabah harus diketahui varietasnya, asal gabah, kapan
dipanen, kadar air gabah dan langsung dikeringkan sampai kadar air 14%, melalui
proses penjemuran dengan cahaya matahari. Penundaan gabah kering panen lebih 2
-3 akan menimbulkan kuning. Gabah yang sudah kering harus dijaga tingkat
kekeringannya karena jika tidak dapat meningkatkan butir patah dan menir. Gabah
yang digiling adalah gabah kering giling (GKG) yang baru dipanen agar warna
butiran beras putih dan mengkristal dengan cita rasa yang relatif masih enak
dan wangi. Bila menggunakan gabah kering yang telah disimpan lebih dari 4 bulan
atau 1 musim, maka warna butiran beras tampak gelap (buram) dan terjadi penurunan
cita rasa ( rasa, aroma, dan kepulenan ).
Gb.3
( Proses bongkar-muat pembelian gabah sebagai bahan baku )
Gb.4
( Proses penjemuran gabah dengan panas cahaya matahari )
Proses
Pemecahan Kulit
Pada proses ini, mula-mula tumpukan
gabah (GKG) disiapkan di dekat lubang pemasukan (corong) mesin pemecahan kulit
gabah. Mesin penggerak dan mesin pemecah kulit dihidupkan, kemudian katup corong
dibuka-tutup dengan alat klep penutup. Proses pemecah kulit dilakukan 2 kali
(ulangan) dan diayak 1 kali dengan alat ayakan beras pecah kulit agar
dihasilkan beras pecah kulit (BPK). Ayakan BPK untuk varietas butir bulat
(ukuran lubang ayakan 0,8 inci) dan butir panjang (ukuran lubang ayakan 1
inci). Proses pemecah kulit berjalan baik bila butir gabah pada beras pecah
kulit tidak ada. Namun bila masih banyak butir gabah harus disetting kembali
struktur rubber roll dan kecepatan putarannya.
Gb.5
( Proses pemecahan kulit dan pengayakan )
Proses
Penyosohan Beras
Proses ini menggunakan alat penyosoh
tipe friksi yaitu gesekan antar butiran, sehingga dihasilkan beras yang
penampakannya bening. Beras pecah kulit disosoh 2 kali. Penyosohan pertama
menggunakan mesin penyosoh tipe friksi dapat digunakan merk ICHI N 120 (kapasitas
1200 kg per jam) dan sosoh kedua menggunakan mesin penyosoh merk ICHI N 70 (kapasitas
700 kg per jam). Perlu diperhatikan kecepatan putaran untuk mencapai beras
berkualitas adalah 1100 rpm dengan menyetel gas pada mesin penggerak dan
menyetel katup pengepresan keluarnya beras. Proses penyosohan berjalan baik
bila rendemen beras yang dihasilkan sama atau lebih dari 60% dan derajat sosoh
sama atau lebih dari 95%. Untuk mengelompokkan kelas mutu beras dapat ditambah
ayakan beras. Alasan mengapa perusahaan menggunakan alat penyosoh tipe friksi,
karena menghasilkan kehilangan hasil selama penggilingan terendah (3,14% ) dibanding
alat penyosoh tipe abrasive (3,54%).
Usaha meningkatkan mutu beras hasil
giling tergantung dari produk akhir yang diinginkan konsumen. Ada 3 kelas
kualitas beras di pasaran, yaitu beras bening, beras putih dan beras mengkilap.
Untuk memproduksinya diperlukan proses yang berbeda. Untuk pembuatan beras
dengan penampakan bening menggunakan alat penyosoh tipe friksi, untuk beras
putih menggunakan alat penyosoh tipe abrasive dan untuk beras mengkilap
menggunakan alat penyosoh sistem pengkabutan.
Gb.6
( Proses penyosohan beras dengan mesin penyosoh tipe friksi )
Proses
Pengemasan
Untuk kemasan lebih dari 10 kg
menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya. Sedangkan untuk yang ukuran 5
kg dapat dengan kantong plastik dengan tebal 0,8 mm. Fakta yang perlu
diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan kemasan, bahan kemasan
(sebaikknya bersifat tidak korosif dan tidak mencemari produk beras, kedap
udara atau pori-pori penyerapan uap air dari luar tidak mengganggu peningkatan
kadar air beras dalam kemasan), serta label kemasan untuk beras juga harus
mencantumkan nama varietas untuk menghindari pemalsuan.
Gb.7
( Proses pengemasan untuk isi 50 Kg )
Proses
Penyimpanan
Tempat penyimpanan beras yang harus
diperhatikan adalah kondisi tempat penyimpanan harus aman dari pencurian dan
tikus, bersih, bebas kontaminasi hama (Caliandra sp. Dan Tribolium sp.) dan
penyakit gudang, ada pengaturan aerasi, tidak bocor dan tidak lembab. Sebelum
beras disimpan pekerja selalu melakukan pemeriksaan. Karung keras diletakkan
diatas bantalan kayu yang disusun berjejer dengan jarak 50 cm untuk pengaturan
aerase, tidak langsung kontak dengan lantai untuk menghindari kelembaban,
memudahkan pengendalian hama (fumigasi), serta teknik penumpukan beras.
Untuk volume produksi, perusahaan
penggilingan padi Bina Karya ’03 dapat mencapai 10800 Kg. per hari, namun jika
ada permintaan sedang tinggi maka volume produksi bisa bertambah menjadi 21000
Kg per hari dengan waktu kerja 15 jam.
Gb.8
( Proses penyimpanan )
Selain produksi beras, dari proses
penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, Dedak atau Bekatul
antara 8-12%, Menir Bebek antara 1,8-2%, dan Jitai atau Tanggok sekitar 0,46% dari
tonase beras yang diahasilkan. Untuk penjualan sisa produksi berupa dedak atau
bekatul murni Bina Karya’03 Bekerja sama dengan Karya Utama sebagai Pembeli
Partai besar,meskipun tidak menutup pelayanan terhadap konsumen yang membeli
secara eceran. Untuk Jitai dan Menir Bebek Bina Karya’03 Bekerja sama dengan
“Juragan”(pengepul menir dan jitai) sebagai pembeli. Sedangkan untuk Sekam
diolah lagi menjadi serbukan sekam giling ( SG ) dengan diameter partikel
antara 0,8-2 mm untuk dikirim ke Lembang sebagai Konsentrat pakan ternak. Upaya
pengolahan sekam giling ini selain untuk mengurangi limbah produksi juga untuk
meningkatkan nilai guna dan nilai jual sekam.
Gb.9
( Proses pengolahan sisa produksi menir, jitai, dan dedak murni )
Aspek Keuangan
Diawal pendirian perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03
Bapak H. Raswin menggunakan dana pribadi sebagai modal awal, yaitu sebesar Rp.
100.000.000,- ( tidak termasuk tanah dan bangunan ). Namun seiring berjalannya
waktuhingga saat ini modal usaha telah berkembang menjadi sebesar Rp. 3.000.000.000,-
( tidak termasuk tanah dan bangunan ), dimana Rp.2.000.000.000,- merupakan
modal pribadi dan Rp.1.000.000.000,- merupakan pinjaman dengan beban bunga 2%
setiap bulannya.
Perhitungan Biaya Produksi dan
Pendapatan Perusahaan
Adapun perhitungan biaya produksi perusahaan penggilingan
padi Bina Karya ’03 dikalkulasikan dalam setiap bulan.
Kalkulasi Biaya Pengeluaran Perusahaan
/ bulan ( Pic Cost + Variable Cost )
Jenis Biaya
|
Besarnya/Bulan ( Rp. )
|
Bahan Bakar ( BioSolar )
|
12.220.000,-
|
Beban Bunga Pinjaman Modal
|
20.000.000,-
|
Benang jahit
|
50.000,-
|
Gaji Ka. Devisi Transportasi dan
Distribusi
|
2.500.000,-
|
Gaji Ka.Devisi Produksi
|
2.860.000,-
|
Gaji Mekanik
|
1800.000,-
|
Huling Roll
|
14.430.000
|
Kemasan beras ( Karung Plastik )
isi 50 Kg.
|
9.620.000,-
|
Komisi Broker Gabah
|
23.459.800,-
|
Komisi Broker Penjualan Beras
|
2.600.000,-
|
Komisi Ka. Devisi Pengadaan bahan
(gabah)
|
7.037.940,-
|
Komisi Ka. Devisi Penjualan
|
3.900.000,-
|
Maintenance Mesin dan Alat-Alat
Peroduksi
|
5.000.000,-
|
Pembelian Gabah
|
2.252.140.800,-
|
Tali Rafia
|
30.000,-
|
Transportasi
|
23.459.800,-
|
Upah Bongkar Muat Gabah
|
14.075.880,-
|
Upah Operator Penggilingan dan
Penyosohan
|
16.891.056,-
|
Upah Operator Sekam Giling
|
2.080.000,-
|
Upah Tenaga Pengeringan/Penjemuran
|
18.767.840,-
|
Upah Tenaga pengolah sisa produksi
|
1.820.000,-
|
Jumlah Total Biaya Produksi/Bulan
|
2.458.202.916,-
|
Tabel. 1 ( Kalkulasi total
pengeluaran perusahaan dalam satu bulan )
Kalkulasi Pendapatan Perusahaan /
Bulan
Asal Pendapatan
|
Besarnya/Bulan ( Rp. )
|
Penjualan Beras
|
2.565.751.500,-
|
Penjualan Dedak/Bekatul Murni
|
89.522.596,-
|
Penjualan Menir Bebek
|
22.521.400,-
|
Penjualan Tanggok
|
5.827.414,-
|
Penjualan Sekam Giling ( SG )
|
21.569.878,-
|
Jumlah Total Pendapatan/Bulan
|
2.705.192.788
|
Tabel. 2 ( Kalkulasi total
pendapatan perusahaan dalam satu bulan )
Perhitungan Margin ( Keuntungan )
Perusahaan Rata-Rata/Bulan
Margin =
Jumlah Total Pendapatan – Jumlah
Total Pengeluaran
Margin = Rp. 2.705.192.788,- – Rp.
2.458.202.916,-
= Rp. 246.989.872,-
Strategi pemasaran
Straegi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah
dengan merangkul semua kasta perdaganan, yaitu dari pembeli eceran sampai
dengan lingkup pasar dan supermarket. Untuk pembeli eceran hanya disediakan
beras kwalitas kedua dan ketiga. Untuk pedagang menengah yang terbiasa
beroperasi di pasar-pasar memberi pelayanan khusus dengan cara memperbolehkan
para pedagang membayar belakang setelah sebelumnya memberi uang muka, teapi
dari pihak perusahaan tidak menentukan bunga sedikitpun. Oleh kerena itu
pedagang dari golongan inilah yang merupakan pelanggan mayoritas dari
perusahaan ini.
Berbeda dengan kedua pelanggan diatas, untuk dapat
memasukkan produk ke dalam supermarket, Perusahaan penggilingan Bina Karya ‘03
harus secara intenens mengajukan penawaran terhadap para marketing dari
masing-masing supermarket. Untuk dapat menembus pasar ini, pihak perusahaan
benar-benar harus melakukan pengawasan terhadap produk yang akan ditawarkan guna
menjaga kwalitasnya.
Kompetitor
Dalam dunia bisnis tentunya setiap perusahaan tidak akan
dapat terlepas dari adanya persaingan usaha. Sebagai sebuah perusahaan,perusahaan
penggilingan padi Bina Karya ‘03 juga memiliki beberapa kompetitor usaha. Adapun
para pesaing tersebut adalah:
·
Adanya
persaingan tidak sehat sesama perusahaan penggilingan padi, terutama mengenai
ongkos giling. Diwilayah Kecamatan Pamanukan ada kesepakatan antara pengusaha
penggilingan padi, dimana telah ditetapkan batas minimal ongkos giling, tetapi
pada kenyataannya ada beberapa perusahaan penggilingan padi yang melanggar
kesepakatan tersebut yaitu dengan menurunkan ongkos giling, hal ini tentunya
akan menyebabkan larinya pelanggan/konsumen.
·
Adanya
persaingan antar perngusaha dari segi pembelian gabah,yang terkadang membeli
gabah diatas harga wajar karena motifasinya bukan pada pertimbangan bisnis tapi
mengedepankan popularitas ( sohor ) dan gensi. Hal ini jelas membuat Bina Karya
’03 yang mengedepan perhitungan rasional dalam bisnis tidak dapat bersaing.
Jalur Distribusi
Pendidtribusian produk perusahaan kepada konsumen yang
berada diwilayah perdanagan meliputi empat model yaitu:
·
Produsen
– Konsumen
·
Produsen
– Pedagang Eceran – Konsumen
·
Produsen
– Pedangan Menengah – Pedagang Eceran – Konsumen
·
Produsen
– Marketing – Supermarket – Konsumen
Gb.10
( Proses pendistribuian beras )
Area Pemasaran
Area pemasaran dari perusahaan ini meliputi beberapa daerah,
antara lain di Pamanukan sendiri, Karawang, Bandung, bahkan sampai ke Jakarta
dan Bogor. Untuk pemasaran didaerah Pamanukan biasanya dilakukan oleh para
pedagang pasar yang tersebar di wilayah tersebut. Untuk daerah Karawang di
pasar Johar, dan Jakarta di Pasar Induk
Beras Cipinang ( PIBC ), sedangkan untuk pendistribusian ke daerah Bandung dan
Bogor sementara ini hanya jika ada Order.
Promosi
Aspek pemasaran yang selanjutnya adalah promosi. Pada
perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 nyaris tanpa melakukan promosi
terbuka secara mencolok. Perusahaan lebih mengandalakan kemahiran lobiying dan
penjagaan kualitas produk. Dengan demikian tanpa harus banyak gembar-gembor
konsumenpun akan datang dengan sendirinya.
Kesimpulan
Kekayaan sumber daya alam termasuk didalamnya kondisi
geografis sebuah wilayah adalah aset yang punya daya jual untuk mendongkrak
derajat tarap hidup kita, permasalahanya terletak sejauh mana kita bisa melihat
itu menjadi sebuah peluang. Seperti di wilayah kecamatan Pamanukan misalnya
yang hampir 2/3 wilayahnya merupakan areal pertanian, merupakan kondisi yang
kondusif didirikanya perusahaan penggilingan padi.
Tidak terlalu sulit sebenarnya menjalankan bisnis ini,
karena selain didukung oleh bahan baku yang melimpah juga didukung
infrastruktur pendistribusian yang relatif sudah memadai. Bina Karya’03 adalah
perusahaan perseorangan yang bergerak dibidang dagang dan jasa pengolahan padi
merupakan contoh adanya upaya serius melihat potensi dan mampu menangkap
peluang yang ada.
Secara garis besar ada
beberapa tahapan yang merupakan aktivitas bisnis di perusahaan penggilingan padi
Bina Karya ’03 antara lain : penyediaan / pembelian bahan,
pengeringan/penjemuran, pemecahan kulit, penyosohan, pengemasan, penyimpanan,
pendistribusian, pemasaran termasuk didalamnya strategi memenangkan kompetisi,
dan mencari bagaimana bentuk promosi yang ideal. Dimana kesuluruhan fase
prosesnya bersifat terintegrasi dan harus diperhitungkan dikerjakan secara
cermat guna menjamin keberhasilan bisnis ini dalam wujud margin yang kita
harapkan.
Saran
Guna menjamin keberhasilan bisnis penggilingan padi ada
beberapa saran yang perlu penulis sampaikan, antara lain :
·
Untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya persaingan tidak sehat antar sesama pengusaha
dan pedagang perlu kiranya dibentuk sebuah wadah koordinasi atau komunitas pedagang
dan pengusaha, wadah ini akan menjadi “central of communication” bagi para
pedagang dan pengusaha untuk membicarakan etika bisnis, profesionalisme bisnis,
termasuk didalamnya ketentuan harga baik itu yang bersifat jasa maupun upah
pekerja.
·
Perlu adanya kebijakan dan pengawasan pemerintah
secara konkrit tentang range tertinggi dan terendah harga gabah dan beras agar
pedagang, petani, dan konsumen tidak ada yang diberatkan.
·
Terkait masalah kode etik, pemerintah
harus bersifat proaktif menindak oknum-oknum pejabat pemerintah, TNI-POLRI, LSM
yang mengatasnamakan instansi melakukan “Pungli” terhadap pengusaha.
·
Hendaknya pemerintah memberikan
pembinaan secara konkrit, terkait masalah perijinan dan segala macam bentuk
legalitas, faktanya pemerintah justru terkesan mempersulit upaya pengusaha
mengajukan perijinan, hal ini jadi dilema bagi para pengusaha satu sisi dia
harus punya legalitas terhadap usahanya, namun disisi lain pada saat
pengajuannya terkesan dipersulit. Padahal seharusnya didukung karena eksistensi
perusahaan penggilingan padi turut serta meningkatkan daya jual hasil
pertanian, dan penyediaan lapangan pekerjaan.