Minggu, 25 Januari 2015

Aktivitas Bisnis Pengolahan Beras Perusahaan Penggilingan Padi dan Angkutan BINA KARYA'03


Latar Belakang
Padi adalah bahan baku beras, dimana beras adalah kebutuhan primer yang tidak pernah bisa lepas dari kehidupan kita. Sebagai media penunjang kehidupan, maka eksistensinya akan selalu diupayakan selalu ada. Indonesia yang hampir sebagian besar wilayahnya adalah kawasan pertanian merupakan wilayah yang kondusif dikembangkannya perusahaan penggilingan padi, karena didukung bahan baku yang melimpah. Bina Karya’03 misalnya, yang mampu melihat kondisi ini merupakan sebuah peluang. Akan tetapi hanya sebagian kecil dari kita yang mau terjun dalam bisnis ini.
Ada beberapa faktor penyebab kecilnya minat masyarakat yang terjun dalam bisnis penggilingan padi, salah satu diantaranya adalah miskinnya sumber informasi baik secara teknis maupun non teknis terkait bisnis ini.
Maka dari itu dengan berbekal hasil observasi dan pengalaman empiris, melalui blog ini saya ingin berbagi sedikit informasi terkait Aktivitas Bisnis Perusahaan Penggilingan Padi Bina Karya’03. Dengan harapan semoga ini menjadi salah satu wacana praktis yang menginspirasi.


Nama dan Bentuk Perusahaan.
Nama perusahaan ini adalah Bina Karya’03. perusahaan tersebut merupakan perusahaan perorangan yang bergerak dibidang jasa dan produksi penggilingan padi serta pengolahan hasil sampingnya. Adapun nama Bina Karya’03 dibentuk dari 2 kata yaitu “Bina” yang memiliki arti menghimpun, mengelola, membentuk dan “ Karya” berarti hasil dari sebuah pekerjaan yang memiliki nilai, sedangkan 03 merupakan symbol dari tiga fase penting dalam aktivitas bisnis Bina Karya’03, yaitu : pembelian, pengolahan, penjualan. Dan apabila digabungkan Bina Karya ’03 memeiliki makna sebuah badan usaha dalam bentuk Perusahaan Perorangan yang menghimpun dan mengelola serta mengolah hasil pertanian menjadi sesuatu yang lebih bernilai dengan melalui 3 fase dimana setiap fase satu sama lain saling terintegrasi dan harus dikerjakan secara cermat.

Letak Perusahaan.
Perusahaan Bina Karya ‘03 ini terletak di Dusun Pangadangan RT.18/05, Desa Rancasari, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang 41254, JAWA BARAT.

Latar Belakang Pendirian Perusahaan.
Perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 didirikan oleh Bapak H. Raswin pada tahun 2001 di dusun Pangadangan desa Rancasari. Beliau seorang petani yang memiliki jiwa wiraswasta merasa terdorong mendirikan perusahaan ini karena ia melihat di wilayah desa Rancasari belum banyak perusahaan yang bergerak di bidang penggilingan padi, padahal sumber penghasilan utama dari sebagian besar penduduk desa setempat adalah petani, walaupun ada akan tetapi kapasitas produksinya tidak terlalu besar sehingga tidak memberikan dampak signifikan terhadap derajat tarap hidup petani di desa bersangkutan. Dari latar belakang tersebut, maka Bapak H. Raswin mendirikan Perusahaan Penggilingan Padi Bina Karya ‘03. Tujuan awal dari pendirian perusahaan ini hanyalah berfungsi untuk penggilingan padi saja, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pada akhirnya perusahaan ini berkembang menjadi tempat jual beli beras dan juga hasil samping penggilingan.

Visi dan Misi
Seperti layaknya perusahaan-perusahaan lain, tentunya perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03  juga memiliki sebuah Visi dan Misi yaitu:
Visi:
·         Ikut menjaga stabilitas pangan lokal dan nasional.
Misi:
· Menyediakan dan melakukan penjualan beras untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.
·         Menciptakan lapangan kerja guna turut andil dalam upaya menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

Logo Perusahaan


Gb.1 ( Logo Perusahaan Penggilingan Padi Bina Karya ’03 )
Aspek legalitas perusahaan
Setiap perusahaan yang didirikan, wajib memiliki bermacam ijin usaha yang telah ditetapkan oleh pemerintah guna melegalisisi perusahaan tersebut. Untuk itu perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 juga memiliki berbagai syarat-syarat legalitas sebuah perusahaan, antara lain:
·         Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan Perijinan ( BPMP ) Kabupaten Subang, No : 503 / 0874 / BPMP / PK / BJ / VI / 2010
·         Tanda Daftar Perusahaan Perorangan yang dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan Perijinan ( BPMP ) Kabupaten Subang, dengan Nomor : 10,10,000.612
·         Tanda Daftar Gudang (TDG) yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Subang, dengan Nomor: 503 / 045 / TDG-INDAGSAR / VII / 2012
·         Ijin Gangguan sekala kecil, sedang, dan besar yang dikeloarkan oleh Badan Penanaman Modal dan Perijinan ( BPMP ) Kabupaten Subang, dengan Nomor : 503 / 448 / BPMP / B / PK / VI / 2010
Struktur Kepegawaian

Gb.2 ( Struktur Kepegawaian Perusahaan Penggilingan Padi Bina Karya ’03 )

Aspek Teknis dan Produksi
Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan guna menjalankan proses produksi, perusahaan penggilingan padi Bina Karya ‘03 menggunakan beberapa teknologi dibidang penggilingan padi antara lain:
·         Mesin pemecah kulit yang mampu berproduksi hingga mencapai 12 ton perhari.
·         Mesin poles atau alat penyosoh tipe friksi yang berkemampuan produksi 1,2ton/jam. Digunakan unttuk menyempurnakan hasil  pemecahan kulit gabah.
·         Mesin diesel Mitsubishi 4 Selinder jenis Ps120 sebagai energy penggerak mesin pemecah kulit dan Mesin diesel Mitsubishi 6 selinder jenis Fuso untuk penggerak mesin penyosoh friksi.
·         Mesin jahit elektrik “NewLong”
·         Mesin pompa air Honda untuk mensuplai kebutuhan air sebagai pendingin mesin
·         GenSet dengan daya 3000 W, sebagai energy listrik cadangan

Proses Produksi
Dalam proses produksi yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

Persiapan bahan baku
Untuk menghasilkan beras yang berkualitas perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 menggunakan bahan baku gabah yang berkualitas pula. Dalam penentuan kualitas perusahaan ini juga menetapkan standar tersendiri, yaitu gabah harus diketahui varietasnya, asal gabah, kapan dipanen, kadar air gabah dan langsung dikeringkan sampai kadar air 14%, melalui proses penjemuran dengan cahaya matahari. Penundaan gabah kering panen lebih 2 -3 akan menimbulkan kuning. Gabah yang sudah kering harus dijaga tingkat kekeringannya karena jika tidak dapat meningkatkan butir patah dan menir. Gabah yang digiling adalah gabah kering giling (GKG) yang baru dipanen agar warna butiran beras putih dan mengkristal dengan cita rasa yang relatif masih enak dan wangi. Bila menggunakan gabah kering yang telah disimpan lebih dari 4 bulan atau 1 musim, maka warna butiran beras tampak gelap (buram) dan terjadi penurunan cita rasa ( rasa, aroma, dan kepulenan ).


Gb.3 ( Proses bongkar-muat pembelian gabah sebagai bahan baku )

Gb.4 ( Proses penjemuran gabah dengan panas cahaya matahari )

Proses Pemecahan Kulit
Pada proses ini, mula-mula tumpukan gabah (GKG) disiapkan di dekat lubang pemasukan (corong) mesin pemecahan kulit gabah. Mesin penggerak dan mesin pemecah kulit dihidupkan, kemudian katup corong dibuka-tutup dengan alat klep penutup. Proses pemecah kulit dilakukan 2 kali (ulangan) dan diayak 1 kali dengan alat ayakan beras pecah kulit agar dihasilkan beras pecah kulit (BPK). Ayakan BPK untuk varietas butir bulat (ukuran lubang ayakan 0,8 inci) dan butir panjang (ukuran lubang ayakan 1 inci). Proses pemecah kulit berjalan baik bila butir gabah pada beras pecah kulit tidak ada. Namun bila masih banyak butir gabah harus disetting kembali struktur rubber roll dan kecepatan putarannya.

Gb.5 ( Proses pemecahan kulit dan pengayakan )

Proses Penyosohan Beras
Proses ini menggunakan alat penyosoh tipe friksi yaitu gesekan antar butiran, sehingga dihasilkan beras yang penampakannya bening. Beras pecah kulit disosoh 2 kali. Penyosohan pertama menggunakan mesin penyosoh tipe friksi dapat digunakan merk ICHI N 120 (kapasitas 1200 kg per jam) dan sosoh kedua menggunakan mesin penyosoh merk ICHI N 70 (kapasitas 700 kg per jam). Perlu diperhatikan kecepatan putaran untuk mencapai beras berkualitas adalah 1100 rpm dengan menyetel gas pada mesin penggerak dan menyetel katup pengepresan keluarnya beras. Proses penyosohan berjalan baik bila rendemen beras yang dihasilkan sama atau lebih dari 60% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%. Untuk mengelompokkan kelas mutu beras dapat ditambah ayakan beras. Alasan mengapa perusahaan menggunakan alat penyosoh tipe friksi, karena menghasilkan kehilangan hasil selama penggilingan terendah (3,14% ) dibanding alat penyosoh tipe abrasive (3,54%).
Usaha meningkatkan mutu beras hasil giling tergantung dari produk akhir yang diinginkan konsumen. Ada 3 kelas kualitas beras di pasaran, yaitu beras bening, beras putih dan beras mengkilap. Untuk memproduksinya diperlukan proses yang berbeda. Untuk pembuatan beras dengan penampakan bening menggunakan alat penyosoh tipe friksi, untuk beras putih menggunakan alat penyosoh tipe abrasive dan untuk beras mengkilap menggunakan alat penyosoh sistem pengkabutan.

Gb.6 ( Proses penyosohan beras dengan mesin penyosoh tipe friksi )
Proses Pengemasan
Untuk kemasan lebih dari 10 kg menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya. Sedangkan untuk yang ukuran 5 kg dapat dengan kantong plastik dengan tebal 0,8 mm. Fakta yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan kemasan, bahan kemasan (sebaikknya bersifat tidak korosif dan tidak mencemari produk beras, kedap udara atau pori-pori penyerapan uap air dari luar tidak mengganggu peningkatan kadar air beras dalam kemasan), serta label kemasan untuk beras juga harus mencantumkan nama varietas untuk menghindari pemalsuan.

Gb.7 ( Proses pengemasan untuk isi 50 Kg )
Proses Penyimpanan
Tempat penyimpanan beras yang harus diperhatikan adalah kondisi tempat penyimpanan harus aman dari pencurian dan tikus, bersih, bebas kontaminasi hama (Caliandra sp. Dan Tribolium sp.) dan penyakit gudang, ada pengaturan aerasi, tidak bocor dan tidak lembab. Sebelum beras disimpan pekerja selalu melakukan pemeriksaan. Karung keras diletakkan diatas bantalan kayu yang disusun berjejer dengan jarak 50 cm untuk pengaturan aerase, tidak langsung kontak dengan lantai untuk menghindari kelembaban, memudahkan pengendalian hama (fumigasi), serta teknik penumpukan beras.
Untuk volume produksi, perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 dapat mencapai 10800 Kg. per hari, namun jika ada permintaan sedang tinggi maka volume produksi bisa bertambah menjadi 21000 Kg per hari dengan waktu kerja 15 jam.

Gb.8 ( Proses penyimpanan )
Selain produksi beras, dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, Dedak atau Bekatul antara 8-12%, Menir Bebek antara 1,8-2%, dan Jitai atau Tanggok sekitar 0,46% dari tonase beras yang diahasilkan. Untuk penjualan sisa produksi berupa dedak atau bekatul murni Bina Karya’03 Bekerja sama dengan Karya Utama sebagai Pembeli Partai besar,meskipun tidak menutup pelayanan terhadap konsumen yang membeli secara eceran. Untuk Jitai dan Menir Bebek Bina Karya’03 Bekerja sama dengan “Juragan”(pengepul menir dan jitai) sebagai pembeli. Sedangkan untuk Sekam diolah lagi menjadi serbukan sekam giling ( SG ) dengan diameter partikel antara 0,8-2 mm untuk dikirim ke Lembang sebagai Konsentrat pakan ternak. Upaya pengolahan sekam giling ini selain untuk mengurangi limbah produksi juga untuk meningkatkan nilai guna dan nilai jual sekam.

Gb.9 ( Proses pengolahan sisa produksi menir, jitai, dan dedak murni )
Aspek Keuangan
Diawal pendirian perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 Bapak H. Raswin menggunakan dana pribadi sebagai modal awal, yaitu sebesar Rp. 100.000.000,- ( tidak termasuk tanah dan bangunan ). Namun seiring berjalannya waktuhingga saat ini modal usaha telah berkembang menjadi sebesar Rp. 3.000.000.000,- ( tidak termasuk tanah dan bangunan ), dimana Rp.2.000.000.000,- merupakan modal pribadi dan Rp.1.000.000.000,- merupakan pinjaman dengan beban bunga 2% setiap bulannya.
Perhitungan Biaya Produksi dan Pendapatan Perusahaan
Adapun perhitungan biaya produksi perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 dikalkulasikan dalam setiap bulan.
Kalkulasi Biaya Pengeluaran Perusahaan / bulan ( Pic Cost + Variable Cost )
Jenis Biaya
Besarnya/Bulan ( Rp. )
Bahan Bakar ( BioSolar )
12.220.000,-
Beban Bunga Pinjaman Modal
20.000.000,-
Benang jahit
50.000,-
Gaji Ka. Devisi Transportasi dan Distribusi
2.500.000,-
Gaji Ka.Devisi Produksi
2.860.000,-
Gaji Mekanik
1800.000,-
Huling Roll
14.430.000
Kemasan beras ( Karung Plastik ) isi 50 Kg.
9.620.000,-
Komisi Broker Gabah
23.459.800,-
Komisi Broker Penjualan Beras
2.600.000,-
Komisi Ka. Devisi Pengadaan bahan (gabah)
7.037.940,-
Komisi Ka. Devisi Penjualan
3.900.000,-
Maintenance Mesin dan Alat-Alat Peroduksi
5.000.000,-
Pembelian Gabah
2.252.140.800,-
Tali Rafia
30.000,-
Transportasi
23.459.800,-
Upah Bongkar Muat Gabah
14.075.880,-
Upah Operator Penggilingan dan Penyosohan
16.891.056,-
Upah Operator Sekam Giling
2.080.000,-
Upah Tenaga Pengeringan/Penjemuran
18.767.840,-
Upah Tenaga pengolah sisa produksi
1.820.000,-
Jumlah Total Biaya Produksi/Bulan
2.458.202.916,-
Tabel. 1 ( Kalkulasi total pengeluaran perusahaan dalam satu bulan )

Kalkulasi Pendapatan Perusahaan / Bulan
Asal Pendapatan
Besarnya/Bulan ( Rp. )
Penjualan Beras
2.565.751.500,-
Penjualan Dedak/Bekatul Murni
89.522.596,-
Penjualan Menir Bebek
22.521.400,-
Penjualan Tanggok
5.827.414,-
Penjualan Sekam Giling ( SG )
21.569.878,-
Jumlah Total Pendapatan/Bulan
2.705.192.788
Tabel. 2 ( Kalkulasi total pendapatan perusahaan dalam satu bulan )

Perhitungan Margin ( Keuntungan ) Perusahaan Rata-Rata/Bulan
Margin =
Jumlah Total Pendapatan – Jumlah Total Pengeluaran
Margin = Rp. 2.705.192.788,- – Rp. 2.458.202.916,-
= Rp. 246.989.872,-

Strategi pemasaran
Straegi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah dengan merangkul semua kasta perdaganan, yaitu dari pembeli eceran sampai dengan lingkup pasar dan supermarket. Untuk pembeli eceran hanya disediakan beras kwalitas kedua dan ketiga. Untuk pedagang menengah yang terbiasa beroperasi di pasar-pasar memberi pelayanan khusus dengan cara memperbolehkan para pedagang membayar belakang setelah sebelumnya memberi uang muka, teapi dari pihak perusahaan tidak menentukan bunga sedikitpun. Oleh kerena itu pedagang dari golongan inilah yang merupakan pelanggan mayoritas dari perusahaan ini.
Berbeda dengan kedua pelanggan diatas, untuk dapat memasukkan produk ke dalam supermarket, Perusahaan penggilingan Bina Karya ‘03 harus secara intenens mengajukan penawaran terhadap para marketing dari masing-masing supermarket. Untuk dapat menembus pasar ini, pihak perusahaan benar-benar harus melakukan pengawasan terhadap produk yang akan ditawarkan guna menjaga kwalitasnya.
Kompetitor
Dalam dunia bisnis tentunya setiap perusahaan tidak akan dapat terlepas dari adanya persaingan usaha. Sebagai sebuah perusahaan,perusahaan penggilingan padi Bina Karya ‘03 juga memiliki beberapa kompetitor usaha. Adapun para pesaing tersebut adalah:

·         Adanya persaingan tidak sehat sesama perusahaan penggilingan padi, terutama mengenai ongkos giling. Diwilayah Kecamatan Pamanukan ada kesepakatan antara pengusaha penggilingan padi, dimana telah ditetapkan batas minimal ongkos giling, tetapi pada kenyataannya ada beberapa perusahaan penggilingan padi yang melanggar kesepakatan tersebut yaitu dengan menurunkan ongkos giling, hal ini tentunya akan menyebabkan larinya pelanggan/konsumen.

·         Adanya persaingan antar perngusaha dari segi pembelian gabah,yang terkadang membeli gabah diatas harga wajar karena motifasinya bukan pada pertimbangan bisnis tapi mengedepankan popularitas ( sohor ) dan gensi. Hal ini jelas membuat Bina Karya ’03 yang mengedepan perhitungan rasional dalam bisnis tidak dapat bersaing.


Jalur Distribusi
Pendidtribusian produk perusahaan kepada konsumen yang berada diwilayah perdanagan meliputi empat model yaitu:

·         Produsen – Konsumen
·         Produsen – Pedagang Eceran – Konsumen
·         Produsen – Pedangan Menengah – Pedagang Eceran – Konsumen
·         Produsen – Marketing – Supermarket – Konsumen




Gb.10 ( Proses pendistribuian beras )

 Area Pemasaran
Area pemasaran dari perusahaan ini meliputi beberapa daerah, antara lain di Pamanukan sendiri, Karawang, Bandung, bahkan sampai ke Jakarta dan Bogor. Untuk pemasaran didaerah Pamanukan biasanya dilakukan oleh para pedagang pasar yang tersebar di wilayah tersebut. Untuk daerah Karawang di pasar Johar,   dan Jakarta di Pasar Induk Beras Cipinang ( PIBC ), sedangkan untuk pendistribusian ke daerah Bandung dan Bogor sementara ini hanya jika ada Order.

Promosi
Aspek pemasaran yang selanjutnya adalah promosi. Pada perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 nyaris tanpa melakukan promosi terbuka secara mencolok. Perusahaan lebih mengandalakan kemahiran lobiying dan penjagaan kualitas produk. Dengan demikian tanpa harus banyak gembar-gembor konsumenpun akan datang dengan sendirinya.

Kesimpulan
Kekayaan sumber daya alam termasuk didalamnya kondisi geografis sebuah wilayah adalah aset yang punya daya jual untuk mendongkrak derajat tarap hidup kita, permasalahanya terletak sejauh mana kita bisa melihat itu menjadi sebuah peluang. Seperti di wilayah kecamatan Pamanukan misalnya yang hampir 2/3 wilayahnya merupakan areal pertanian, merupakan kondisi yang kondusif didirikanya perusahaan penggilingan padi.
Tidak terlalu sulit sebenarnya menjalankan bisnis ini, karena selain didukung oleh bahan baku yang melimpah juga didukung infrastruktur pendistribusian yang relatif sudah memadai. Bina Karya’03 adalah perusahaan perseorangan yang bergerak dibidang dagang dan jasa pengolahan padi merupakan contoh adanya upaya serius melihat potensi dan mampu menangkap peluang yang ada.
Secara garis besar ada beberapa tahapan yang merupakan aktivitas bisnis di perusahaan penggilingan padi Bina Karya ’03 antara lain : penyediaan / pembelian bahan, pengeringan/penjemuran, pemecahan kulit, penyosohan, pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, pemasaran termasuk didalamnya strategi memenangkan kompetisi, dan mencari bagaimana bentuk promosi yang ideal. Dimana kesuluruhan fase prosesnya bersifat terintegrasi dan harus diperhitungkan dikerjakan secara cermat guna menjamin keberhasilan bisnis ini dalam wujud margin yang kita harapkan.


Saran
Guna menjamin keberhasilan bisnis penggilingan padi ada beberapa saran yang perlu penulis sampaikan, antara lain :

·         Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya persaingan tidak sehat antar sesama pengusaha dan pedagang perlu kiranya dibentuk sebuah wadah koordinasi atau komunitas pedagang dan pengusaha, wadah ini akan menjadi “central of communication” bagi para pedagang dan pengusaha untuk membicarakan etika bisnis, profesionalisme bisnis, termasuk didalamnya ketentuan harga baik itu yang bersifat jasa maupun upah pekerja.
·         Perlu adanya kebijakan dan pengawasan pemerintah secara konkrit tentang range tertinggi dan terendah harga gabah dan beras agar pedagang, petani, dan konsumen tidak ada yang diberatkan.

·         Terkait masalah kode etik, pemerintah harus bersifat proaktif menindak oknum-oknum pejabat pemerintah, TNI-POLRI, LSM yang mengatasnamakan instansi melakukan “Pungli” terhadap pengusaha.

·         Hendaknya pemerintah memberikan pembinaan secara konkrit, terkait masalah perijinan dan segala macam bentuk legalitas, faktanya pemerintah justru terkesan mempersulit upaya pengusaha mengajukan perijinan, hal ini jadi dilema bagi para pengusaha satu sisi dia harus punya legalitas terhadap usahanya, namun disisi lain pada saat pengajuannya terkesan dipersulit. Padahal seharusnya didukung karena eksistensi perusahaan penggilingan padi turut serta meningkatkan daya jual hasil pertanian, dan penyediaan lapangan pekerjaan.